Ada istilah kebahagiaan tidak bisa dibeli uang. Tetapi, sebuah pengecualian jika anda beli waktu seseorang.
Menurut salah satunya hasil study, orang yang beli waktu seseorang untuk kerjakan sesuatu hal yang tidak dicintai oleh kita, karena itu kita dapat berbahagia. Hasil ini sudah dipublikasi dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.Situs togel terpercaya
Misalnya, jika anda tidak sukai bersihkan rumah, selanjutnya anda bayar seseorang untuk melakukannya. Lantas, waktu itu anda pakai untuk lakukan hal yang anda sukai, karena itu anda akan lebih berbahagia.
Riset itu asal dari team periset dari kombinasi Harvard University, University of British Columbia, dan dua lembaga di Belanda. Ini bukan hanya berlaku untuk beberapa orang ada.
Pengetesan dilaksanakan mengevaluasi 6.000 informan di 4 negara dengan penghasilan, jam kerja, jumlah tanggungan, dan profesi yang bermacam. Mereka memperoleh ringkasan jika pembelian yang mengirit waktu berkolerasi secara menyusutnya depresi dan hati yang semakin lebih positif.Agen togel terbaik
Untuk hasil memberikan keyakinan, team periset meneruskan uji coba dengan 60 orang dewasa di Vancouver, Kanada.
Beberapa periset memberi uang pada simpatisan sejumlah 40 dollar Kanada sekitaran Rp 420.000 sepanjang dua akhir pekan beruntun. Uang itu untuk beli barang pada 1 minggu dan beli service yang mengirit waktu, seperti mengaryakan pengasuh anak atau pencuci rumah, pada minggu yang lain.
Pada umumnya, simpatisan memberikan laporan dampak positif yang semakin lebih tinggi sesudah beli service yang mengirit waktu dibanding beli barang.
Sayang, sebagian besar orang tidak ingin menggantikan uangnya sama waktu. Pada survey terpisahkan dengan 98 orang dewasa di Vancouver, beberapa periset temukan jika cuma dua % orang yang ingin beli semakin banyak waktu. Lantas, dalam survey di Belanda, cuma 1/2 dari milyuner yang dengan teratur, bayar seseorang untuk kerjakan pekerjaan yang tidak mereka gemari.
Situs agen togel terpercaya Penemuan ini juga membuat Sanford DeVoe, seorang dosen psikologi di University of California yang tidak terturut dalam study itu, bingung. Ia berbicara jika meskipun sebagian besar orang berasa kekurangan waktu hingga alami depresi, stres dan kekurangan tidur, cuma sedikit yang ingin keluarkan uangnya untuk mendapatkan semakin banyak waktu.
Ashley Whillans, psikiater sosial dari Harvard University yang pimpin study itu, menyangka jika bahwa ini disebabkan karena nilai waktu yang abstrak.
“Kita selalu berpikiran jika akan mempunyai semakin banyak waktu pada esok harinya. Mengakibatkan, kita tidak ingin menggantikan uang yang nyata dan dapat diukur untuk saat, yang semakin lebih tidak terang” katanya ke Washington Post 24 Juli 2017.
DeVoe juga menyepakati opini Whilians. Ia menjelaskan, saat Anda bayar seorang untuk bersihkan rumah atau menggunting rumput di halaman, Anda ketahui dengan tentu uang yang hendak menyusut dari dompet. Tetapi, Anda tidak paham berapa besar kebahagiaan yang hendak didapatkan dari bayar seseorang untuk melakukan.